Meningkatkan Kesadaran Digital: Literasi Kesehatan di Era SatuSehat

Di tengah arus digitalisasi yang merambah hampir semua aspek kehidupan, sektor kesehatan tidak ketinggalan dalam memanfaatkan teknologi untuk memberikan pelayanan yang lebih efektif, efisien, dan terintegrasi. Salah satu upaya terbesar Indonesia di bidang ini adalah peluncuran SatuSehat, platform nasional yang mengintegrasikan data kesehatan masyarakat dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan ke dalam satu ekosistem digital. Namun, pertanyaan yang muncul di balik inovasi ini adalah: apakah masyarakat telah memiliki literasi yang cukup untuk mengikuti percepatan digital ini?

Desain ilustrasi oleh https://instagram.com/scribly__co


Apa Itu Literasi Kesehatan Digital?


Literasi kesehatan digital adalah gabungan antara kemampuan literasi dasar, literasi informasi, literasi teknologi, dan literasi kesehatan. Ini bukan sekadar tahu cara membuka aplikasi atau membaca informasi dari internet. Lebih jauh, literasi ini menyangkut pemahaman kritis tentang:

  • Bagaimana informasi kesehatan disajikan di platform digital?
  • Apa makna dari hasil pemeriksaan laboratorium yang bisa diakses secara daring?
  • Apa hak pasien terkait privasi dan keamanan data mereka?
  • Bagaimana memverifikasi informasi medis agar tidak terjebak hoaks?


Contoh konkretnya, ketika seseorang membuka SatuSehat Mobile dan melihat riwayat pengobatannya, ia harus bisa memahami konteks data tersebut dan menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat: apakah perlu konsultasi lanjutan? Apakah pengobatannya sesuai anjuran dokter?

Tanpa pemahaman ini, informasi yang begitu penting bisa jadi hanya sebatas angka dan istilah medis yang membingungkan.

Tantangan Literasi Kesehatan Digital di Indonesia

Meski potensi digitalisasi sangat besar, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Beberapa di antaranya:

1. Kesenjangan Akses dan Infrastruktur

Wilayah Indonesia yang luas dan beragam menyebabkan belum meratanya akses internet. Di banyak daerah, sinyal masih lemah, belum tersedia layanan 4G/5G, atau bahkan belum ada jaringan sama sekali. Ini membuat aplikasi seperti SatuSehat Mobile tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh semua kalangan.

2. Kurangnya Sosialisasi dan Edukasi

Banyak masyarakat bahkan belum pernah mendengar tentang SatuSehat, apalagi menggunakannya. Sosialisasi masih cenderung terbatas di level institusi medis dan belum menjangkau lapisan masyarakat umum. Padahal, edukasi publik secara menyeluruh harus dilakukan dari hulu ke hilir: mulai dari pasien, keluarga pasien, hingga kader-kader kesehatan di desa.

3. Minimnya Kesadaran akan Hak Digital

Sebagian besar pengguna masih belum sadar bahwa mereka memiliki hak atas data kesehatan mereka sendiri—termasuk hak untuk mengakses, membagikan, atau bahkan menghapus data digital tersebut. Minimnya pemahaman soal kebijakan privasi membuat publik rentan terhadap penyalahgunaan data oleh oknum tak bertanggung jawab.

4. Kultur Ketergantungan dan Kurangnya Inisiatif

Masih ada kecenderungan masyarakat untuk menyerahkan sepenuhnya urusan medis kepada dokter atau tenaga kesehatan. Literasi digital bisa membantu mengubah pola pikir ini menjadi lebih partisipatif dan kritis, di mana pasien dan keluarga aktif mencari informasi dan memantau kondisi kesehatan melalui teknologi.

SatuSehat dan Peran Edukator Publik

Dalam ekosistem digital kesehatan, edukator publik—baik dari media, akademisi, maupun komunitas—berperan sebagai jembatan antara inovasi dan masyarakat. Kampanye yang masif perlu dilakukan secara berkelanjutan dan inklusif. Tak cukup hanya dalam bentuk iklan layanan masyarakat di TV, tetapi juga melalui:

  • Pelatihan berbasis komunitas
  • Video edukasi di media sosial
  • Kolaborasi dengan influencer kesehatan
  • Kurikulum kesehatan digital di sekolah-sekolah

Blogger, pengamat teknologi kesehatan, bahkan jurnalis warga juga punya ruang besar untuk turut serta mendorong perubahan perilaku digital masyarakat. Lewat tulisan, konten video, atau diskusi daring, mereka bisa mengubah narasi kesehatan yang kaku menjadi lebih mudah dicerna dan relevan dengan keseharian.

Literasi sebagai Pondasi Ekosistem Digital Kesehatan

Literasi kesehatan digital bukan semata-mata tren, tapi keharusan. SatuSehat adalah fondasi masa depan pelayanan kesehatan Indonesia yang berbasis data, teknologi, dan kolaborasi. Tapi fondasi ini hanya bisa berdiri kokoh jika masyarakat paham cara mengakses dan menggunakan sistem ini secara bijak.

Tanpa literasi, data hanyalah angka. Tanpa pemahaman, teknologi hanyalah aplikasi. Maka, mari bersama-sama mendorong edukasi, mempersempit kesenjangan informasi, dan membangun kesadaran digital sebagai bagian dari kesehatan nasional yang berdaulat dan inklusif.

Butuh Integrasi Digital Rumah Sakit dengan SatuSehat?

Pemerintah telah menetapkan bahwa seluruh rumah sakit wajib mengadopsi sistem RME dan terhubung dengan platform SatuSehat. Tapi tidak semua penyedia layanan SIMRS siap.

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap dan terkini seputar layanan, fitur, serta kebijakan yang tersedia dalam platform SatuSehat, Anda dapat mengunjungi website resmi SatuSehat melalui tautan berikut: https://satusehat.kemkes.go.id.

Cari SIMRS yang sudah bridging resmi dengan SatuSehat? indohis.com jawabannya.
Solusi lengkap, efisien, dan sudah mendukung interoperabilitas dengan platform nasional.

Artikel Terkait